Kamis, 02 Juni 2011

0 Shalat Taubat

Adapun ketentuan shalat taubat adalah sama seperti mengerjakan shalat sunnah lainnya. Dalam hati kita hanya berniat mengerjakan shalat sunnah taubat dua rakaat karena Allah. Ada yang menganjurkan dalam rakaat pertama setelah membaca surat Al-Fatihah, membaca Al-Kafirun dan pada rakaat kedua surat Al-Ikhlas.
Setelah rangkaian shalat ini dikerjakan, memperbanyak bacaan istighfar termasuk amalan yang sangat dianjurkan
Astaghfirullahal ‘azhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atubu ilaihi, tawbata ‘abdin zhoolimil la yamliku linafsihi dhorraw wala naf’aw wala mawtaw wala hayyaw wala nusyura’
Artinya :
Hamba mohon ampunan kepada Allah yang Mahaagung yang tidak ada Tuhan selain Dia. Tuhan yang Mahahidup dan tetap dalam kedirian-Nya. Hamba bertaubat kepada-Nya seperti taubatnya hamba yang berbuat zhalim yang sama sekali tidak memiliki kekuatan atas dirinya dalam berbuat mudharat dan manfaat, dalam kematian dan kehidupan maupun kebangkitan nanti.
Bahkan, bacaan Sayyidul Istighfar, Raja Istighfar, seperti yang banyak ditulis di buku-buku, oleh Rasulullah saw sangat dianjurkan dibaca. Berikut adalah bacaan dari Sayyidul Istighfar saya tulis kembali,
Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta khalaqtani, wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ahdika wa wa’dika ma-statha’tu, a’udzu bika min syarri ma shana’tu, abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbi fa-ghfir li, fainnahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta”
Artinya :
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, yang tiada Tuhan yang pantas disembah melainkan Engkau. Tuhan yang telah menciptakan diriku. Aku adalah hamba-Mu dan aku ada dalam perjanjian-Mu, yang dengan segala kemampuanku aku laksanakan perintah-Mu. Aku berlindung dari segala perbuatan buruk yang aku lakukan kepada-Mu. Engkau telah mencurahkan nikmat-Mu kepadaku, sedangkan aku senantiasa berbuat dosa. Ampunilah dosaku karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim)
Rasulullah saw membiasakan membaca doa itu dan beliau menyebutnya sebagai Sayyidul Istighfar atau Raja Istighfar. Bahkan Rasulullah saw mengaskan , barangsiapa yang membaca sayyidul istighfar pada sore hari dan hamba Allah itu meninggal pada malam harinya hingga matahari terbit, ia berhak masuk surga. Barangsiapa yang membaca sayyidul istrighfar pada pagi hari, kemudian hamba Allah itu meninggal pada siang harinya (mulai terbit matahari hingga terbenamnya), ia berhak masuk surga.
Taubat yang secara bahasa artinya ‘kembali’, ternyata bisa mengembalikan kita dari jalan yang salah menuju jalan yang benar. Beberapa ulama menuliskan tentang beberapa syarat agar taubat seseorang diterima Allah Swt.
  1. berhenti dari kesalahan atau dosa yang telah diperbuat. Syarat pertama ini akan terwujud dengan sikap tegas kita dalam usaha untuk tidak mengulangi kesalah atau dosa yang telah diperbuat. Masih memberikan toleransi atau berhubungan dengan kemaksiatan berarti sikap mendua yang pada akhirnya akan memberikan jalan bagi setan untuk kesekian kalinya kita terjerumus. Lingkungan pergaulan akan sangat berperan dalam memberikan arti keberhasilan seseorang untuk bertaubat.
  2. menyesali atas perbuatan yang telah dilakukan baik lisan maupun hati sesuai dengan firman Allah, “Keduanya berkata: “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.(QS. Al-A’raf : 23). Tidak menangguhkan taubat adalah salah satu bentuk dari aplikasi penyesalan.
  3. niat bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan salah dan dosa lagi. Niat inilah diantara cirri-ciri yang terdapat pada seseorang yang serius untuk kembali ke jalan-Nya. Ha itu akan membuat kita akan terjaga dari kejatuhan kembali di tempat yang sama.
  4. menyelesaikan urusan dengan orang yang pernah dizhalimi. Syarat ini apabila kesalahan dan dosa yang dilakukan menyangkut hak dan kehormatan orang lain. Misalnya jika kita telah mengambil barang orang lain, kita harus segera mengembalikannya. Atau, bila kita telah merendahkan, menghina atau menyakiti seseorang tentunya harus segera meminta maaf.
Rasulullah saw bersabda,
Barangsiapa yang merusak nama baik atau harta benda orang lain, maka mintalah maaf kepadanya sekarang, sebelum datang hari dimana tidak berlaku lagi mata uang. Kalai ia punya amal kebaikan, maka sebagian amal baiknya tadi akan diambil sesuai dengan kadar aniaya yang telah dilakukan. Kalau ia tidak punya amal baik, maka dosa orang lain yang dizhaliminya tadi akan diambil dan ditambahkan kepadanya”. (HR. Bukhari)
Mudahkan? Selamat bertaubat. Jangan pernah menunda kenikmatan bertaubat selagi kita masih hidup.

0 DOA MEMINTA PERLINDUNGAN

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

0 DOA MENGUSIR SYAITAN


لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286
[English] Allah tasketh not a soul beyond its scope. For it (is only) that which it hath earned, and against it (only) that which it hath deserved. Our Lord! Condemn us not if we forget, or miss the mark! Our Lord! Lay not on us such a burden as thou didst lay on those before us! Our Lord! Impose not on us that which we have not the strength to bear! Pardon us, absolve us and have mercy on us, Thou, our Protector, and give us victory over the disbelieving folk.
[Indonesia] Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

0 DOA SETELAH SALAM SHOLAT WITIR



Rasulullah SAW,. Dalam shalat Witr membaca :
DOA SETELAH SALAM SURAT WITIR-HADIST RIWAYAT An-Nasai 3-244, Ad-Daaruqutni dan lainnya


(i)
Al-‘Alla
Al- Kaafiruun
Al-Ikhlaas

  • Setelah selesai Salam beliau membaca :
(ii)
“Maha Suci Allah, Raja yang Suci” (3x)

  • Sedang yang ketiga, beliau membaca :
(iii)
“Tuhan malaikat dan Ruuh (Jibril). Dengan suara yang keras dan panjang.

(HR. An-Nasai 3-244, Ad-Daaruqutni dan lainnya)

  لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (286
[English] Allah tasketh not a soul beyond its scope. For it (is only) that which it hath earned, and against it (only) that which it hath deserved. Our Lord! Condemn us not if we forget, or miss the mark! Our Lord! Lay not on us such a burden as thou didst lay on those before us! Our Lord! Impose not on us that which we have not the strength to bear! Pardon us, absolve us and have mercy on us, Thou, our Protector, and give us victory over the disbelieving folk.
[Indonesia] Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".

0 Doa Sholat Witir


Inilah doa setelah sholat witir yang biasa dilazimi oleh sebahagian imam di tempat kami. Satu doa yang indah susunan katanya, lagi berisikan permohonan-permohonan yang molek-molek, seperti iman yang langgeng berkekalan, hati yang tunduk khusyu' kepada Maha Pencipta, ketaatan beragama yang mantap dan ilmu yang bermanfaat. Doa ini juga, dengan sedikit perbezaan shighah, turut dianjurkan oleh Tok Syaikh Daud al-Fathani rhm. untuk dibaca setelah witir dalam karya beliau yang berjodol "Kaifiyat Khatam al-Quran" halaman 113 - 114. Doa ini merupakan saduran daripada sebuah doa yang dinisbahkan kepada Sayyidina Abu Dzar al-Ghifaari r.a. Dalam sebuah kutaib berjodol "Mafaatiihul Faraj" yang ditahqiqkan oleh Syaikh Muhammad Shiddiq al-Minshawi dinukilkan riwayatnya daripada kitab "Nawaadirul Ushul" karya Abu 'Abdullah Muhammad bin 'Ali al-Hasan bin Basyir bin Harun yang dikenali sebagai al-Hakim at-Tirmidzi yang wafat tahun 320H, sebagai berikut:-
Tersebut dalam "Nawaadirul Ushul" dengan sanadnya daripada Junjungan Nabi s.a.w. bahawasanya Sayyidina Jibril a.s. telah datang mengadap Junjungan Nabi s.a.w. Tatkala baginda bersama Jibril a.s., maka masuklah Sayyidina Abu Dzar r.a. Jibril a.s. memandang kepadanya, lalu Junjungan Nabi s.a.w. pun bertanya kepada Sayyidina Jibril a.s.: "Wahai AminAllah, adakah engkau mengenali Abu Dzar ?" Jibril mengiyakan dan berkata: "Demi Allah yang telah mengutuskan engkau dengan kebenaran, sesungguhnya Abu Dzar lebih terkenal di langit berbanding di bumi, dan yang sedemikian adalah kerana suatu doa yang diamalkannya pada setiap hari dua kali yang menjadikan para malaikat kagum". Maka Junjungan Nabi s.a.w. pun bertanya kepada Abu Dzar: "Wahai Abu Dzar, adakah bagimu doa yang engkau baca setiap hari dua kali?" Sayyidina Abu Dzar r.a. menjawab:-" Ibubapaku jadi tebusanmu, sungguh ada doa yang kuamalkan tanpa pengetahuan seseorang pun. Ianya adalah 10 kalimah yang diilhamkan Allah dan aku berdoa dengannya 2 kali sehari dalam keadaan menghadap kiblat, mengucapkan tasbih dan takbir sebanyak-banyaknya lalu berdoa dengan 10 kalimah berikut:-


Berkata Sayyidina Jibril a.s.: "Wahai Nabi Muhammad, demi Allah yang membangkitkan engkau dengan kebenaran, tidaklah berdoa seseorang daripada umatmu dengan doa ini melainkan akan diampunkan dosa-dosanya walaupun ianya sebanyak buih lautan atau sebanyak bilangan tanah bumi, dan tidaklah seseorang umatmu yang menemui Allah dengan membawa doa ini dalam hatinya melainkan dia menjadi orang yang dirindui syurga dan 2 malaikat memohon keampunan baginya serta dibukakan baginya pintu-pintu syurga, seraya berserulah malaikat: "Wahai wali Allah, masuklah dari pintu mana pun yang engkau kehendaki."
Allahu ... Allah. Hebat sungguh kisah yang diriwayatkan, tetapi barang diingat bahawa para muhadditsin menghukumkan riwayat ini sebagai dhoif. Walaupun begitu, ianya tetap dinukilkan dalam sebahagian karya hadits seperti "Jami' al-Kabir" dan "Kanzul Ummal". Maka tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk mengamalkan doa tersebut asalkan jangan dii'tiqadkan ianya tsabit shohih daripada Junjungan Nabi s.a.w. Yang penting mohonlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh, beradab serta dengan yakin dan ikhlash mengharapkan rahmat anugerah dan keredhaan Allah semata-mata.

0 Bertaubat kepada Allah SWT

Keutamaan Taubat dan Orang-orang yang Bertaubat dalam al Qur'an

Tentang dorongan dan anjuran untuk bertobat, Al Qur'an berbicara:
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).
Maka derajat apa yang lebih tinggi dari pada mendapatkan kasih sayang Rabb semesta alam.
Dalam menceritakan tentang ibadurrahman yang Allah SWT berikan kemuliaan dengan menisbahkan mereka kepada-Nya, serta menjanjikan bagi mereka surga, di dalamnya mereka mendapatkan ucapan selamat dan mereka kekal di sana, serta mendapatkan tempat yang baik. Firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)dosa(nya)." (QS. Al Furqaan: 68-70.).
Keutamaan apalagi yang lebih besar dari pada orang yang bertaubat itu mendapatkan ampunan dari Allah SWT , hingga keburukan mereka digantikan dengan kebaikan?
Dan dalam penjelasan tentang keluasan ampunan Allah SWT dan rahmat-Nya bagi orang-orang yang bertaubat. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar: 53)
Ayat ini membukakan pintu dengan seluas-luasnya bagi seluruh orang yang berdosa dan melakuan kesalahan. Meskipun dosa mereka telah mencapai ujung langit sekalipun. Seperti sabda Rasulullah Saw:
"Jika kalian melakukan kesalahan-kesalahan (dosa) hingga kesalahan kalian itu sampai ke langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan memberikan taubat kepada kalian." (Hadist diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Hurairah, dan ia menghukumkannya sebagai hadits hasan dalam kitab sahih Jami' Shagir - 5235)
Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo'a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:
"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar." (QS.Ghaafir: 7-9).
Terdapat banyak ayat dalam Al Qur'an yang mengabarkan akan diterimanya taubat orang-orang yang melakukan taubat jika taubat mereka tulus, dengan banyak redaksi. Dengan berdalil pada kemurahan karunia Allah SWT, ampunan dan rahmat-Nya, yang tidak merasa sempit dengan perbuatan orang yang melakukan maksiat, meskipun kemaksiatan mereka telah demikian besar.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? ." (QS. At-Taubah: 104)
"Dan Dialah Yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan." (QS. Asy-Syuuraa: 25)
Dan dalam menyipati Dzat Allah SWT: "Yang mengampuni dosa dan menerima taubat." (QS. Ghaafir: 3)
Terutama orang yang bertaubat dan melakukan perbaikan. Atau dengan kata lain, orang yang bertaubat dan melakukan amal yang saleh. Seperti dalam firman Allah SWT dalam masalah pria dan wanita yang mencuri:
"Maka barangsiapa yang bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu, dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maaidah: 39)
"Tuhanmu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya, dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An'aam: 54)
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat setelah itu, dan memperbaiki ( dirinya) sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 119)
Puja-puji terhadap Allah SWT dengan nama-Nya "at-Tawwab" (Maha Penerima Taubat) terdapat dalam al Quran sebanyak sebelas tempat. Seperti dalam do'a Ibrahim dan Isma'il a.s.:
"Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Baqarah: 128).
Juga seperti dalan sabda Nabi Musa kepada Bani Israil setelah mereka menyembah anak sapi:
"Maka bertaubatlah kepada Tuhan Yang menjadikan kamu, dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu, pada sisi Tuhan Yang menjadikan kamu, maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang ." (QS. Al Baqarah: 54)
Allah SWT berfirman kepada Rasul-Nya:
"Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa: 64)

Rabu, 01 Juni 2011

0 Hadis Nabi yang sebenar


Al-Qur'an
Enam ayat selepas 2:91 tadi, adalah ayat yang menyentuh kitab al-Qur'an pula. Hadis Nabi yang terkandung di dalamnya bermaksud:
"Sesiapa yang menjadi musuh kepada Jibril, maka dialah yang menurunkannya (al-Qur'an) ke dalam hati kamu, dengan izin Allah, mengesahkan apa yang sebelumnya, dan petunjuk, dan berita gembira bagi orang-orang mukmin." (2:97)
Ayat-ayat Allah yang mengandungi hadis Nabi yang berhubung dengan al-Qur'an banyak dijumpai di dalam beberapa surah lain. Lapan belas daripadanya disenaraikan di bawah ini (sedikit penjelasan diselitkan di belakang sesetengah ayat):
"Jadilah kamu orang-orang rabani (yang menguasai) dengan sebab kamu mengetahui al-Kitab, dan dengan sebab kamu mempelajarinya." (3:79) Nabi suruh manusia menjadi orang-orang yang menguasai al-Qur'an dengan mempelajari dan mengetahuinya.
"Perkara apakah yang paling besar dalam kesaksian? ..... Allah adalah saksi antara aku dan kamu, dan al-Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi amaran kepada kamu dengannya, dan sesiapa ia sampai. Adakah kamu benar-benar mempersaksikan bahawa ada tuhan-tuhan lain selain Allah? ..... Aku tidak mempersaksikan ..... Dia hanyalah Tuhan Yang Satu, dan aku berlepas diri daripada apa yang kamu menyekutukan." (6:19) Mengadakan "tuhan-tuhan lain selain Allah" atau menyekutukan-Nya, bermaksud mengambil apa-apa yang selain daripada al-Qur'an, untuk menjadi saksi atas kebenaran.
"Dan apabila kamu tidak mendatangkan kepada mereka satu ayat, mereka berkata, 'Mengapakah kamu tidak pilih sendiri?' Katakanlah (Muhammad), 'Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku daripada Pemeliharaku; inilah bukti yang nyata daripada Pemelihara kamu, dan petunjuk, dan pengasihan, bagi kaum yang mempercayai.'" (7:203) Nabi hanya ikut apa yang diwahyukan kepadanya, iaitu aya-ayat Tuhan.
"Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, bukti-bukti yang jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan untuk bertemu dengan Kami berkata, 'Datangkanlah al-Qur'an selain yang ini, atau tukarkanlah ia.' Katakanlah (Muhammad), 'Tidak patut bagiku untuk menukarkannya dengan kemahuan diriku sendiri. Aku tidak mengikuti apa-apa, melainkan apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut, jika aku mengingkari Pemeliharaku, akan azab hari yang besar.'" (10:15) Nabi tidak ikut apa-apa yang selain daripada al-Qur'an kerana takut kepada Tuhan.
"Wahai manusia, yang benar telah datang kepada kamu daripada Pemelihara kamu. Sesiapa mendapat petunjuk, hanyalah mendapat petunjuk bagi dirinya sendiri, dan sesiapa sesat, dia sesat hanyalah terhadap dirinya sendiri. Aku bukanlah wakil kepada kamu. Dan ikutlah apa yang diwahyukan kepada kamu, dan bersabarlah kamu, sehingga Allah menghakimkan; dan Dia yang terbaik daripada para hakim." (10:108-109) Sabda Nabi kepada seluruh manusia.
"Demikianlah Kami mengutus kamu kepada satu umat yang sebelumnya beberapa umat telah berlalu untuk membacakan mereka apa yang Kami mewahyukan kamu; namun begitu, mereka tidak percaya kepada Yang Pemurah. Katakanlah (Muhammad), 'Dia Pemelihara aku; tidak ada tuhan melainkan Dia. Kepada-Nya aku mempercayakan (tawakal), dan kepada-Nya aku bertaubat.'" (13:30) Tidak percaya kepada al-Qur'an bermakna tidak percaya kepada Tuhan.
"Roh Qudus (Suci) menurunkannya daripada Pemelihara kamu dengan benar, dan untuk meneguhkan orang-orang yang percaya, dan untuk menjadi satu petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang muslim." (16:102)
"Jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, walaupun mereka membantu satu sama lain." (17:88) Al-Qur'an bukan ciptaan manusia atau jin.
"Dan sebuah al-Qur'an yang Kami membahagi-bahagikan, untuk kamu membacakannya kepada manusia berjarak-jarak, dan Kami menurunkannya dengan satu penurunan. Katakanlah (Muhammad), 'Percayalah kepadanya, atau tidak mempercayai; orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila dibacakan kepada mereka, jatuh di atas dagu-dagu mereka dengan bersujud,'" (17:106-107) Percayalah kepada al-Qur'an.
"Katakanlah (Muhammad), 'Yang benar adalah daripada Pemelihara kamu; maka hendaklah sesiapa yang menghendaki, percaya; dan hendaklah sesiapa yang menghendaki, tidak percaya.' Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang yang zalim, api, yang gejolaknya meliputi mereka ...." (18:29) Hukuman ke atas orang-orang yang tidak percaya adalah di akhirat.
"Katakanlah (Muhammad), 'Aku hanya memberi amaran kepada kamu dengan wahyu'; tetapi orang-orang yang pekak tidak mendengar seruan apabila mereka diberi amaran." (21:45) Nabi hanya menyeru dengan wahyu al-Qur'an. Hakikat ini dirasakan sukar diterima oleh sesetengah golongan dalam Islam.
"Dan apabila ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, bukti-bukti yang jelas, kamu mengenali pada muka orang-orang yang tidak percaya akan penolakan (kemungkaran); hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan mereka ayat-ayat Kami. Katakanlah (Muhammad), 'Bolehkah aku memberitahu kamu sesuatu yang lebih buruk daripada yang itu? Api - Allah menjanjikannya kepada orang-orang yang tidak percaya - satu kepulangan yang buruk!'" (22:72) Orang-orang yang menyampaikan ayat-ayat al-Qur'an hendak diserang oleh orang-orang yang tidak percaya!
"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30) Hadis Nabi di akhirat.
"Dia yang menetapkan al-Qur'an kepada kamu benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah (Muhammad), 'Pemeliharaku sangat mengetahui siapa yang datang dengan petunjuk, dan siapa yang dalam kesesatan yang nyata.'" (28:85) Al-Qur'an petunjuk yang benar.
"Jika Kami membuatnya sebuah Qur'an dalam bahasa asing, tentu mereka berkata, 'Mengapakah ayat-ayatnya tidak dijelaskan? Adakah dalam bahasa asing sedang orangnya berbahasa Arab?' Katakanlah (Muhammad), 'Bagi orang-orang yang percaya, ia adalah satu petunjuk, dan satu penyembuhan; tetapi orang-orang yang tidak mempercayai, di dalam telinga mereka ada sumbatan, dan bagi mereka, ia adalah satu kebutaan; mereka itu, mereka dipanggil dari tempat yang jauh.'" (41:44) Bahasa bagi al-Qur'an tidak menjadi isu. Isunya adalah percaya atau tidak percaya kepadanya.
"Katakanlah (Muhammad), 'Apa, walaupun aku datang dengan petunjuk yang lebih baik daripada yang kamu mendapati pada bapa-bapa kamu?' Mereka berkata, 'Kami tidak percaya kepada apa yang kamu diutus dengannya.'" (43:24) Tidak mahu ikut al-Qur'an tetapi ingin ikut agama bapa-bapa atau nenek moyang.
"Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku; aku hanyalah seorang pemberi amaran yang jelas." (46:9)
"Apa pendapat kamu, jika ia adalah daripada Allah, dan kamu tidak percaya kepadanya, dan seorang saksi daripada Bani Israil menyaksikan atas yang serupa dengannya, dan dia percaya, dan kamu menyombongkan diri? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." (46:10)
Jelas kelihatan bahawa Nabi tidak mendatangkan sesuatu yang selain daripada al-Qur'an. Nabi turut bersabda mengenai kepercayaan baginda kepada Kitab-Kitab lain yang diturunkan Allah, seperti Taurat. Dua ayat Allah yang meriwayatkannya adalah 28:49 dan 42:15.

0 Hadis Nabi yang sebenar

Bertakwa
Takwa bermaksud takut kepada Tuhan. Antara hadis Nabi mengenainya adalah yang berbunyi,
"..... 'Kepunyaan siapakah bumi dan sesiapa yang di dalamnya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan berkata, 'Kepunyaan Allah.'
..... 'Tidakkah kamu mengingati?" ..... 'Siapakah Pemelihara tujuh langit, dan Pemelihara Arasy yang besar?' Mereka akan berkata, 'Kepunyaan Allah.'
..... 'Tidakkah kamu bertakwa?' ..... 'Di tangan siapakah dominion segala sesuatu; Dia melindungi dan Dia Sendiri tidak dilindungi, jika kamu mengetahui?' Mereka akan berkata, 'Kepunyaan Allah.'
..... 'Bagaimanakah pula kamu disihir?'" (23:84-89)
Satu lagi hadis Nabi yang dipilih adalah:
"Adakah itu lebih baik, atau Taman Berkekalan, yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, dan ia adalah balasan bagi mereka dan kepulangan?" (25:15)
Syaitan
Cara Nabi memohon perlindungan daripada syaitan, berbunyi,
"Wahai Pemeliharaku, aku berlindung pada Engkau daripada cadangan-cadangan jahat syaitan-syaitan, Dan aku berlindung pada Engkau, wahai Pemeliharaku, daripada mereka hadir padaku." (23:97-98)
Mukmin
Perintah Allah kepada Nabi untuk disampaikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan mengenai kesopanan berbunyi:
"Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang mukmin supaya mereka menundukkan pandangan mereka, dan menjaga kemaluan mereka; itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah menyedari apa yang mereka mengerjakan.
Dan katakanlah (Muhammad) kepada perempuan-perempuan mukmin, supaya mereka menundukkan pandangan mereka, dan menjaga kemaluan mereka, dan tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang nampak daripadanya; dan hendaklah mereka meletakkan penudung mereka pada dada mereka, dan tidak menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa suami mereka, atau anak lelaki mereka, atau anak lelaki suami mereka, atau saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara lelaki mereka, atau anak lelaki saudara perempuan mereka, atau perempuan mereka, atau apa yang tangan kanan mereka memiliki, atau lelaki yang melayan mereka yang tanpa mempunyai keinginan seks, atau kanak-kanak kecil yang belum mengerti aurat (bahagian-bahagian sulit) perempuan; dan janganlah juga mereka menghentakkan kaki mereka supaya perhiasan mereka yang tersembunyi diketahui. Dan bertaubatlah semua bersama kepada Allah, wahai orang-orang mukmin, agar kamu beruntung." (24:30-31)

0 Doa untuk Kedua Orang Tua / Ibu Bapak

Untuk mengingatkan buat kita khususnya saya sendiri, tulisan ini merupakan kumpulan dari beberapa doa untuk kedua orang tua / ibu bapak agar kita selalu berbakti kepadanya, seperti diutarakan pada Hadist Riwayat Muslim berikut ini;
Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya.
(HR. Muslim)
Dan berikut ini beberapa doa untuk kedua orang tua / ibu bapak yang tercantum di kitab suci Al-Qur’an:

Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]

Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]

Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

0 UKHUWAH ISLAMIYAH


I. Makna Ukhuwah Islamiyah Menumbuhkan kesadaran untuk memelihara persaudaraan serta menjauhkan diri dari perpecahan, merupakan realisasi pengakuan bahwa pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sama. Di hadapan Allah SWT, sebagai hamba dan khalifah-Nya.
Allah mengembalikan dasar keturunan manusia kepada nenek moyangnya yaitu Adam dan Hawa, karena Allah hendak menjadikan tempat bertemu yang kokoh dari hubungan keakraban ukhuwah atau persaudaraan seluruh anak manusia. Tidak ada perbedaan di antara hamba Allah, tiadalah seseorang dari yang lain, kecuali ketakwaan mereka kepada Allah (QS. Al Hujurat (49) : 10-13).
Persaudaraan ini adalah konsekuensi iman. Kita telah mengetahui hak muslim atas sesama muslim. Hak-hak itu merupakan hak-hak umum bagi persaudaraan umum, tetapi menurut sunnah bahwa disamping persaudaraan umum itu ada persaudaraan khusus yang timbul sesama mereka guna memperkuat ikatan-ikatan persaudaraan umum dan menjadi faktor pendukung dalam mencapai kesempurnaan dalam masyarakat Islam.
Oleh sebab itu, diantara kewajiban yang mendesak adalah penegasan akan adab-adab persaudaraan khusus ini, karena dikhawatirkan hubungan antara putra-putri Islam akan menjadi hubungan formal dan kering. Sebab, bila fenomena ini telah menyebar luas maka gerakan Islam akan hilang karakteristiknya yang paling utama, bahkan akan kehilangan esensi namanya. Alangkah nikmat dan indahnya ajaran Islam yang menganjurkan kasih sayang, berbahagialah kaum muslim yang senantiasa hidupnya diliputi suasana kasih sayang.
Berbuat baik dalam arti luas harus mencakup nilai-nilai ruhaniah dan lahiriah. Nilai ruhaniyah yaitu iman dan aqidah serta segala bentuk perbuatan yang ubudiyah (penghambaan diri kepada Maha Pencipta). Niali lahiriyah, yaitu segala perbuatan yang berhubungan dengan hamba Allah di dalam keluarga sehari-hari, dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga sampai kepada lingkungan masyarakat bahkan negara. Pengertiannya adalah tidak benar seseorang yang baik ibadahnya, tetapi perbuatannya merugikan masyarakat, sebaliknya tiadak benar seseorang yang baik di mata masyarakat tetapi ibadahnya sembarangan.bahkan apabila kita renungkan secara sadar maka kita berkesimpulan bahwa seseorang yang ibadahnya baik sudah pasti ia pun akan baik terhadap masyarakat  sebab iman dan taqwa yang benar akan menumbuhkan penghambaan yang ikhlas kepada Allah, dari penghambaan yang ikhlas terpancar akhlaq yang luhur, hatinya terbuka penuh kasih sayang, serta perbuatannya banyak memberi manfaat bagi sesamanya. Hal ini karena seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah tidaklah mengharapkan balas jasa ataupun upah melainkan Allah semata.
II. Perdamaian Merupakan Unsur Mempersubur Persaudaraan
Perdamaian adalah faktor penting dalam hidup dari kehidupan manusia. Dunia tanpa adanya perdamaian tentu akan mengalami kehancuran dan malapetaka yang besar. Dan apabila sudah tidak ada perdamaian berarti rusaklah agama yang diamanatkan oleh Allah dengan demikian kita semua akan memperoleh murka-Nya (QS Al Hujurat (49) : 9).
Jelaslah bahwa Islam adalah agama perdamaian, Islam tidak menghendaki kehancuran yang diakibatkan pertikaian, pertentangan dan peperangan. Karena itulah menjadi kewajiban kita sesama muslim untuk senantiasa memelihara perdamaian, membina persatuan dan kesatuan ummat (QS. Al Ahzab (33) : 70-71).
Islam mengajarkan kepada umatnya agar suka berjuang dan berbuat baik serta menjauhkan diri  dari persengketaan dan menumbuhkan perdamaian di masyarakat secara luas. Pengertiannya adalah apabila kehidupan suatu masyarakat telah dihiasi dengan keadilan, maka Allah akan menciptakan satu kehidupan yang damai dan penuh kenikmatan.
Untuk menyuburkan keakraban dan persaudaraan dalam Islam, diperkuat pula dengan ajaran yang melarang setiap muslim berlaku sombong dan membanggakan diri. Karena membanggakan diri dan berlaku sombong tidak akan mendapat tempat di masyarakat yang meyakini bahwa kemuliaan itu ditentukan oleh taqwa seseorang di dalam hatinya, sedangkan tidak seorangpun dapat mengetahui rahasia hati, kecuali Allah Yang Maha Mengetahui.
III. Hal-hal Yang Menguatkan Ukhuwah Islamiyah
Saling mencintai dikalangan orang-orang beriman merupakan tuntutan syari’at dan sangat dicintai agama. Oleh karena itu, Islam mengajarkan jalan yang dapat memperkuat ukhuwah tersebut, diantaranya:
1. Saling memberi hadiah
2. Memanggilnya dengan nama kesukaannya, baik disaat dia tidak ada ataupun disaat ada di hadapannya
3. Menyanjungnya dengan kebaikan-kebaikannya yang kita ketahui, karena hal ini termasuk sesuatu yang dapat menumbuhkan rasa cinta
4. Menyanjung anak-anak, keluarga dan perbuatannya bahkan hingga akhlaq, akal, postur tubuh, tulisan, syair, karangan dan semua yang disukainya, tanpa dusta dan berlebih-lebihan tetapi menilai baik apa yang bisa dinilai baik memang harus dilakukan
5. Menyampaikan sanjungan orang yang menyanjungnya dengan menampakkan kesenangan karena menyembunyikan hal itu termasuk kedengkian
6. Mensyukuri jasa baiknya kepada Allah, bahkan atas niatnya sekalipun belum terlaksana
7. Membelanya ketika dia tidak ada, dari orang yang bermaksud buruk kepadanya atau orang yang menyerangnya dengan ucapan yang tegas atu terselubung, karena di antara hak ukhuwah adalah memberikan pembelaan. Sedangkan mendiamkan hal itu dapat mengeruhkan hati dan mengurangi hak ukhuwah.
IV. Penutup
Demikianlah persaudaraan dalam Islam, hendaklah sungguh-sungguh berjalan di atas landasan keikhlasan, berjalan berdasarkan hukum-hukum syar’i dan hukum akhlaq, yang kiprahnya di masyarakat dijiwai oleh semangat ukhuwah islamiyah dan memerlukan pengorbanan yang suatu ketika kepentingan pribadi dikalahkan oleh kepentingan umum.
Referensi  :
1. Akhlaq Seorang Muslim, Drs. H. Moh. Rifa’I
2. Mensucikan Jiwa, Sa’id Hawwa
Tuntunan Ibadah Kepada Allah SWT
 
SURAT AL IKHLAS :
      Katakanlah Dia Adalah Tuhan Allah Yang Maha Esa, Tuhan Allah tempat Meminta, Dia tidak beranak dan tidak dilahirkan sebagai anak, Dan Tiada sesuatupun yang ada persamaannya dengan Dia.
(Al-Qur'an surat ke: 112)
 
FIRMAN ALLAH :
      Wahai Manusia ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu, Jika kamu berdo'a kepadaKu Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit  Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu mendatangi-Ku Aku menerimamu, dan bila  kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)mu, Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih.
(Hr. Attirmidzi dan Al Hakim).
 
      Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik.
(Hr. Abu Dawud)
 
BERITAHU TENTANG ISLAM :
      Islam ialah bersyahadat, bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat-bersedekah, puasa Ramadhan, mengerjakan Haji apabila mampu.
      Beriman kepada Allah, dan berlaku jujur.

BERITAHU TENTANG IMAN :
Beriman kepada AllAh, malaikat-malaikatnya, kitab2-nya, Rasul2-nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.
      Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur.
      Iman paling afdol apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada.
 
BERITAHU TENTANG IHSAN :
      Beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya, walaupun kamu tidak melihatnya, karena sesungguhnya Allah melihat kamu. (Hr. Muslim dan Al Baihaqi)
 
PUJA-PUJI KEPADA ALLAH SWT. :
      SubhanAllah, walhamdulillah, walaa illaa hailAllah, wAllahu-Akbar
 
DO'A MOHON KESEMBUHAN
      Adz-hibil ba'tsa robban naas, isyfinii antasy-syaafii, laa syifaa-a illaa syifaa-uk, syifaa-an laa yu-ghoodiru saqomaw walaa alamaa.
      Lenyapkanlah penderitaanku wahai Tuhan sekalian Manusia. Sembuhkanlah aku. Engkaulah pemberi kesembuhan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan daripada-Mu, kesembuhan yang tidak akan menimbulkan bekas.

DO'A MOHON REJEKI YG DATANGNYA TAK DISANGKA-SANGKA :
      Wa may yat-taqil laaha yaj'al lahuu makhroja. Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib, wa may yatawak-kal 'alal laahi fa huwa hasbuh, in-nal laaha baalighu amrih, qod ja'alal laahu likul-li syai-in qodroo. LIHAT HALAMAN BERIKUTNYA ( Hal-2 ) Sound >>>
      Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, tentu diadakan-Nya jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari "pintu" yang tak diduga-duga olehnya. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Tuhan Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Bahkan sesungguhnya Allah pelaksana semua peraturan-Nya. Dan Allah juga telah menjadikan segala-galanya serba beraturan. (Ath Tholaq ayat 2-3)
 
DO'A MOHON AGAR DILEPASKAN DARI BERBAGAI KESULITAN
      Robbii adkhil-nii mudkhola shid-kin, wa akhrij-nii mukhroja sid-kin, waj 'al-lii mil ladunka sulthoonan nashiroo. LIHAT HALAMAN BERIKUTNYA ( Hal-2 ) Sound >>>
      Ya Tuhanku, masukkanlah aku lewat gerbang kebenaran dan keluarkanlah aku lewat gerbang kebenaran pula (dengan sempurna). Dan berilah aku kekuasaan / kekuatan yang dapat menolongku mengatasi semua persoalanku. (Al-Isro : 80)

Amalkan dengan penuh keikhlasan, khusuk, penuh keyakinan bahwa do'a kita akan dikabulkan-Nya.

0 Beribadah kepada allah sepenuhnya

 “Barangsiapa yg bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka-sangkanya.” . Di antara kunci-kunci rezeki adl beribadah kepada Allah sepenuhnya. Makna Beribadah kepada Allah Sepenuhnya Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yg dimaksud beribadah sepenuhnya adalah dgn meninggalkan usaha utk mendapatkan penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yg dimaksud beribadah sepenuhnya kepada Allah adalah hendaknya seorang hamba beribadah dgn hati dan jasadnya khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang Maha Esa menghadirkan betapa besar keagungan Allah benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yg disebutkan dalam sebuah hadis yg artinya “Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Janganlah engkau termasuk orang-orang yg jasad mereka berada di masjid sedang hatinya berada di luar masjid. “Beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku.” Al-Mulla Ali al-Qari berkata “Maknanya jadikanlah hatimu benar-benar sepenuhnya utk beribadah kepada Tuhanmu.” Imam Ahmad at-Tirmidzi Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda “Sesungguhnya Allah berfirman ‘Wahai anak Adam! beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku niscaya Aku penuhi di dalam dada dgn kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dgn kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu ‘.” Dalam hadis tersebut Nabi menjelaskan bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yg beribadah kepada-Nya sepenuhnya dgn dua hadiah sebaliknya mengancam bagi yg tidak beribadah kepada-Nya sepenuhnya dgn dua siksa. Adapun dua hadiah itu adalah Allah mengisi hati orang yg beribadah kepada-Nya sepenuhnya dgn kekayaan serta memenuhi kebutuhannya. Sedangkan dua siksa itu adalah Allah memenuhi kedua tangan orang yg tidak beribadah kepada-Nya sepenuhnya dgn berbagai kesibukan dan ia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia. Imam al-Hakim dari Ma’qal bin Yasar ia berkata Rasulullah bersabda “Tuhan kalian berkata ‘Wahai anak Adam beribadahlah kepada-Ku sepenuhnya niscaya Aku penuhi hatimu dgn kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dgn rezeki. Wahai anak Adam jangan jauhi Aku sehingga Aku penuhi hatimu dgn kefakiran dan Aku penuhi kedua tangamu dgn kesibukan’.” Dalam hadis yg mulia tersebut Nabi mengabarkan tentang janji Allah yg tak satu pun lebih memenuhi janji daripada-Nya berupa dua jenis pahala bagi orang yg benar-benar beribadah kepada Allah sepenuhnya. Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dgn kekayaan dan kedua tangannya dgn rezeki. Siapa yg hatinya dikayakan oleh Yang Maha Memberi kekayaan niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan selama-lamanya. Dan siapa yg kedua tangannya dipenuhi rezeki oleh Yang Maha Memberi rezeki dan Maha Perkasa niscaya ia tidak akan pernah pailit selama-lamanya. Sebaliknya siapa yg hatinya dipenuhi dgn kefakiran oleh Yang Maha Kuasa dan Maha Menentukan niscaya tak seorang pun mampu membuatnya kaya. Dan siapa yg disibukkan oleh Yang Maha Perkasa dan Maha Memaksa niscaya tak seorang pun yg mampu memberinya waktu luang.

0 HADITS


Ada kelompok yang dengan alasan hanya ingin berpedoman pada Al Qur’an saja, akhirnya mengingkari Sunnah/Hadits Nabi. Hal ini jelas tidak benar, karena mengikuti Nabi justru merupakan perintah Allah yang tercantum dalam Al Qur’an.
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.” [Al A’raf:158]
Al Qur’an hanya memuat garis besar dari perintah dan larangan Allah. Adapun rinicannya, maka Nabilah yang menjelaskannya.
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang)
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan.” [Al Maa-idah:15]
“Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan”.” [Asy Syu’araa:115]
Sebagai contoh, di dalam Al Qur’an kita diperintahkan untuk sholat, tapi bagaimana cara melakukan sholat, misalnya harus diawali dengan niat, kemudian takbir, dan diakhiri dengan salam itu dijelaskan di hadits Nabi. Begitu pula perintah lainnya seperti puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Sebagai contoh:
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a katanya: Aku lihat Rasulullah s.a.w apabila memulai sembahyang, beliau mengangkat kedua tangan hingga ke bahu. Begitu juga sebelum rukuk dan bangkit dari rukuk. Beliau tidak mengangkatnya di antara dua sujud” [HR Bukhori, Muslim, Tirmizi, Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad Darimi)
Pada zaman Nabi dan Sahabat, Hadits belum dibukukan. Seiring dengan perjalanan waktu, di mana akhirnya muncul hadits-hadits palsu, para ulama Salafi mulai memikirkan untuk membukukan hadits, agar bisa dibedakan mana hadits yang shahih dengan yang dloif (lemah) serta maudlu (palsu), dan mudah mencari referensi hadits.
Di antara kitab-kitab Hadits, yang terkenal adalah Kutubus Sittah. Kutubus Sittah berarti “Kitab yang Enam, yaitu kitab-kitab hadits yang menjadi standar rujukan para ulama dan kaum muslimin untuk menjadi hujjah bagi persoalan-persoalan agama. Di antaranya adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majjah. Lebih dari 90% hadits mengenai masalah hukum, tercantum dalam Kutubus Sittah.
Kita tidak bisa taqlid atau mengikuti begitu saja tanpa tahu dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al Israa:36]
Insya Allah, jika ummat Islam kembali berpegang kepada Al Qur’an dan Hadits, dengan membaca, mempelajari, dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka ummat Islam akan kuat aqidahnya, benar amal ibadahnya (terlepas dari bid’ah), bagus akhlaknya, sehingga segala KKN, kriminalitas, ketimpangan sosial yang ada akan sirna.

0 AL QUR’AN

“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” [Al Baqoroh:2]
Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan Allah untuk membaca Al Qur’an, agar bisa mendapatkan petunjuk yang terkandung di dalamnya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an)…” [Al Ankabuut:45]
Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, karena itu untuk mengetahui artinya, hendaknya kita mengartikannya sesuai dengan aturan bahasa Arab yang baku, bukan dengan tafsiran kita pribadi:
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami (nya).” [Az Zukhruf:3]
Terkadang banyak terjadi perbedaan penafsiran, dari yang kecil, hingga yang tidak bisa ditolerir lagi.
Misalnya, ada sebagian orang yang meski ayatnya sudah demikian jelas, namun mentafsirkannya sedemikian rupa, sehingga bertentangan dengan makna aslinya. Contohnya ada orang yang dengan alasan kesetaraan gender, berusaha merubah hukum waris yang ada dalam Al Qur’an serta menolak ayat An Nisaa:34 yang menyatakan bahwa pria adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini jelas bertentangan dengan Al Qur’an:
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali Imron:7]
Jika setiap ayat Al Qur’an ditafsirkan secara berbeda-beda, bahkan berlawanan dengan makna aslinya, bagaimana kita bisa mengamalkan Al Qur’an secara benar? Ayat Al Qur’an yang Muhkamaat (jelas) tidak perlu ditafsirkan lagi, tapi hendaknya diamalkan, sedang ayat yang mutasyabihat hendaknya kita imani, bukan diperdebatkan sehingga menimbulkan fitnah.
Jika kita telah membaca dan memahami Al Qur’an, hendaklah kita mengikuti perintah-perintah Allah SWT yang ada di dalam Al Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari:
“Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,” [Al An’aam:155]
Dengan membaca Al Qur’an, kita tahu bahwa kita diperintahkan untuk beriman kepada Allah, Rasul-Nya, dan Al Qur’an. Selain itu kita juga diberitahu tentang masalah Malaikat dan juga hari Kiamat:
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [At Taghaabun:8]
“Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): “Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”.” [Al Anbiyaa:103]
Jika kita mempelajari Al Qur’an, maka kita akan tahu siapakah Pencipta segala sesuatu, dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah:
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.” [Al An’aam:102]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At Taubah:31]
Jika ummat Islam mempelajari ayat Al Qur’an di atas, niscaya mereka tidak akan murtad menyembah Tuhan yang lain. Bahkan mereka akan yakin bahwa ideologi sekuler buatan ilmuwan yang ada tidaklah pantas untuk menggantikan ajaran Islam yang telah diturunkan oleh Allah SWT.
Dengan membaca Al Qur’an, niscaya kita akan tahu bahwa perintah sholat, zakat, puasa, haji yang ada dalam rukun Islam itu merupakan kewajiban dari Allah SWT:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku” [Al Baqoroh:43]
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” [Al Baqoroh:183]
Al Qur’an bukan cuma mengajarkan masalah iman dan ibadah kepada Allah saja, tapi juga mengajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” [An Nisaa:36]
Di Al Qur’an kita diperintahkan untuk tidak memakan harta orang lain, jujur dalam berniaga, serta bersikap adil.
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,” [Al An’aam:152]
Jika ajaran itu diterapkan, niscaya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme akan sirna..

0 Syiar Islam

Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan ummatnya agar hidup bahagia di dunia dan akhirat.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi …” [Al Qashash:77]
Sayangnya, banyak ummat Islam yang tidak mempelajari sumber ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga timbul berbagai macam bid’ah, aliran sesat, kerusakan akhlak dan lain sebagainya.
Sebagai contoh, kita sering melihat orang yang beragama Islam, tapi dia tidak sholat, berjudi, berzinah, korupsi, dan sebagainya. Ada juga ummat Islam yang terjerumus ke dalam kelompok sesat seperti Inkar Sunnah yang tidak mengakui dan tidak mau mengikuti sunnah Nabi, atau kelompok Ahmadiyyah yang tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan lain sebagainya. Hal ini jelas selain sesat juga menimbulkan kemunduran di kalangan ummat Islam.
Oleh karena itu, ummat Islam perlu mempelajari ajaran Islam berdasarkan sumber yang sahih, bukan dari sumber yang tak jelas agar tidak tersesat. Sumber ajaran agama Islam ada 2, yaitu Al Qur’an dan Hadits/Sunnah.
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Al-Qur’an adalah kumpulan firman-firman Allah swt yang disampaikan kepada Nabi, yang isinya dan redaksinya berasal dari Allah SWT, dan diperintahkan oleh Nabi untuk ditulis oleh para penulis wahyu. Sedang Hadits atau Sunnah adalah segala perkataan Nabi (juga perbuatan dan izinnya) dalam mendidik ummatnya sesuai dengan bimbingan wahyu dari Allah SWT.

0 Memelihara dan Mengamalkan Al Quran (1)




Al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt. Al-Quran
diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad saw., melalui wahyu
yang dibawa oleh Jibril, baik lafazh maupun maknanya;
membacanya merupakan ibadah, sekaligus merupakan mukjizat
yang sampai kepada kita secara mutawatir. Allah Swt. berfirman:
"Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.."(TQS. FushShilat [41]: 42)


Al-Quran adalah kitab yang dijaga dengan penjagaan Allah sendiri. Allah berfirman:Sesunguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti
akan menjaganya. (TQS. al-Hijr [15]: 9)


Al-Quran adalah kitab yang mampu menghidupkan jiwa dan menentramkan hati. Dengan izin Tuhan mereka, al-Quran bisa mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya; yaitu jalan Dzat yang Maha Perkasa lagi Terpuji. Siapa saja yang berkata dengan menggunakan al-Quran, pasti akan terpercaya. Siapa saja yang mengamalkannya, pasti akan beruntung. Siapa saja yang memutuskan hukum dengannya, pasti akan adil. Dan siapa saja yang mendakwahkannya, pasti akan mendapatkan hidayah ke jalan yang lurus.

Al-Quran adalah sebaik-baik bekal bagi setiap muslim. Lebih-lebih bagi para pengemban dakwah. Dengan al-Quran hati akan menjadi hidup. Dengannya, semua sandaran akan semakin kokoh. Para pengembannya akan menjadi seperti gunung yang berdiri kokoh, sehingga dunia pun menjadi kecil baginya ketika berada di jalan Allah. Dia akan senantiasa mengatakan yang hak, dan tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela, sematamata karena Allah. Dengan al-Quran, sesuatu yang mudah diombang-ambing oleh angin lantaran bobotnya ringan, menjadi lebih berat bobotnya di sisi Allah, ketimbang gunung Uhud, karena dia senantiasa membaca al-Quran; dia membasahi lisannya dengan al-Quran, dan jari-jemarinya pun menjadi saksi.

Seperti itulah para
sahabat Rasulullah saw. mengarungi kehidupan dunia ini, seolaholah
mereka seperti al-Quran yang berjalan. Mereka senantiasa menelaah ayat-ayatnya, membacanya dengan sungguh-sungguh, mengamalkan isinya dan mendakwahkannya. Jiwa mereka pun tergetar oleh ayat-ayat adzab, dan hati mereka pun menjadi senang
karena ayat-ayat rahmat. Air mata mereka bercucuran karena tunduk terhadap kemukjizatan dan keagungannya, serta patuh terhadap hukum-hukum dan hikmahnya.

Mereka menerima al Quran langsung dari Rasulullah saw. sehingga ayat-ayatnya pun menghujam dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Karena itu, mereka menjadi manusia-manusia mulia dan menjadi para pemimpin; orang-orang yang berbahagia dan beruntung. Ketika mereka ditinggal oleh Rasulullah saw. menuju tempat yang paling
tinggi di surga ‘illiyyin, mereka tetap konsisten memelihara al-Quran, sebagaimana wasiat Rasulullah saw. Maka para penghafal (pemelihara) al-Quran tadi senantiasa berada di barisan terdepan ketika melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Para
pengemban al-Quran itu juga senantisa menjadi terdepan dalam segala kebaikan dan terdepan dalam menghadapi segala rintangan di jalan Allah Swt.

Sesuatu yang paling berharga bagi kaum Muslim umumnya,dan para pengemban dakwah khususnya, adalah bahwa hendaknya al-Quran senantiasa menjadi penyiram hati mereka, dan teman setia yang mengiringi setiap langkah mereka. Karena al-Quran akan
membimbing mereka untuk meraih semua kebaikan, dan mengangkat kedudukan mereka lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Mereka harus senantiasa memeliharanya di tengah malam dan di penghujung siang,dengan membaca, menghafal dan mengamalkannya, sehingga
mereka akan menjadi sebaik-baik generasi khalaf, mewarisi generasi
salaf yang terbaik.

Berikut ini adalah ayat-ayat al-Quran beserta hadits Nabi yang menceritakan tentang turunnya al-Quran, jaminan terpeliharanya, tentang petunjuknya, keutamaan membacanya,
dan segala kebaikan yang sangat banyak di dalamnya, dari dan disekitarnya:

"Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan". (TQS. asy-Syu’arâ [26] : 193-194)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran dan Kami pasti
akan menjaganya". (TQS. al-Hijr [15]: 9)

"Tidak datang padanya kebatilan dari sebelum dan sesudahnya,
diturunkan dari Dzat yang Maha Bijak dan Terpuji.. "(TQS. Fush
Shilat [41]: 42)

"Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan
yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar". (TQS. al-Isra [17]: 9)


"Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu
sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orangorang
yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya
dan menjuluki mereka ke jalan yang lurus". (TQS. al-Mâidah [5]:15-16)

"(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (TQS. Ibrahim [14]: 1)

"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".
(TQS. ar-Ra’d [13]: 28)

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Kalau
kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya". (TQS. an-Nisa
[4]: 82)